Tentang Tahun 1 Hijrah (4)
Mendapati rencananya gagal total. Para pemimpin Makkah naik pitam. Perburuan besar-besaran di lakukan, dan sayembarapun digelar. Hadiah luar biasa besar dari para pemimpin Makkah akan di dapatkan oleh orang yang berhasil menemukan Muhammad SAW hidup atau mati. Seluruh pemburu dan pencari jejak dari semua penjuru datang menyambut tawaran ini. Tidak ada batu yang tidak dibalik, dan tidak ada gua yang tidak ditelusuri. Setiap jalan yang bisa dilalui manusia, terutama yang menuju ke Madinah, dilacak hingga jalur-jalur terkecil. Setiap petunjuk diperiksa secara teliti, termasuk kotoran unta untuk mengetahui serat dari 30 jenis tanaman yang tumbuh di padang pasir,[1] serta 134 macam biji kurma yang ada disana, untuk mengetahui asal usul unta. Inilah perburuan terbesar dalam sejarah bangsa Arab Makkah.
Beberapa riwayat menyatakan bahwa dari Makkah, Rasulullah SAW mengambil jalan ke Selatan menuju Yaman, bukan ke Madinah di Utara. Setelah berjalan lebih dari 5 jam, beliau bersembunyi di Gua Tsaur bersama Abu Bakar yang letaknya berada di sebuah bukit, bernama Jabal Tsaur, di selatan Makkah. Kisah tentang Jabal Tsaur ini sangat terkenal dalam sejarah Hijarahnya Rasulullah SAW. Bahkan Alquran mengabadikannya dalam Surat At Taubah ayat 40 :
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dalam perburuan besar ini, salah seorang pencari jejak yang paling dekat hampir menemukan tempat persembunyian Nabi SAW di Gua Tsaur adalah Karz bin ‘Alqamah yang berasal dari klan Khaza’i. Diantara para pencari jejak, dia adalah maestro di zamannya. Ia dikatakan bisa mengenali semua jejak para pemimpin Arab pada masa itu. Dengan kemampuannya ini, Karz bin ‘Alqamah mengaku telah berhasil menemukan jejak kaki Nabi SAW dan menuntun kaum Kafir Makkah sampai ke Gua Tsaur.
Tapi ketika sampai ke mulut Gua Tsaur, Karz bin ‘Alqamah harus berhadapan dengan nalar dan pengalamannya sendiri. Di mulut Gua itu terdapat sarang laba-laba yang menutupi seluruh mulut Gua, serta di depan mulut Gua tersebut ada burung merpati yang sedang bersarang. Menyaksikan ini, kaum kafir Makkah marah, bagaimana mungkin ada manusia di dalam Gua tersebut, sedang sarang laba-bala menutupi seluruh mulut Gua, dan burung merpati dengan tenangnya bersarang di depan Gua tersebut ? Dan reputasi besar Karz bin ‘Alqamah pun runtuh seketika, tak lebih sekedar pencari jejak gadungan.
Dari Gua Tsaur, Rasulullah melanjutkan perjalanan ke Madinah. Tapi mereka menggunakan jalur yang tidak lumrah di masa itu, dengan menyusuri pantai ke arah Utara. Menurut catatan O. Hasem, dua hari kemudian Rasulullah sampai ke sebuah Oase bernama ‘Usfan, sekitar 80 Km dari Makkah. Disini beliau bertemu dengan pemandu jalan yang bernama ‘Abdullah bin Uraiqath yang membawa mereka melewati oase-oase Amaj, Qudaid, al-Kharrar, Tsaniyyatul Marah, Luqya, Majjaj, Marjah, Dzu Kasyr, al-Dajajid, al-Ajrat,al-Ta’hin, al Ababid, al-Fajah, dan al-‘Arj.[2]
Di Oase Al-‘Arj ini, Rasulullah bertemu dengan pemandu jalan lainnya, yang lebih memahami seluk beluk jalan di Madinah. Ia adalah ‘Aus bin Hajar yang dijuluki Ibnu Rida dan pembantunya yang masih remaja, yaitu Mas’ud bin Hunaidah. Keduanya memandu Nabi SAW hingga ke Tsanniyatul ‘Ghabr, kemudian ke Ri’im, dan dari sana ke Quba.
Rasulullah tiba di Desa Quba ini pada tanggal 12 Rabi’ul awwal 1 Hijriah, atau bertepatan dengan tanggal 24 September 622 Masehi. Di tempat ini Rasulullah menetap beberapa hari sambil menunggu rombongan terakhir, yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Sejarahwan mencatat 2 peristiwa penting terjadi dalam masa menunggu di Desa Quba ini, diantaranya :
1) Di tempat ini, Rasululllah SAW menetapkan tempat dimulainya haji atau umrah. Sekarang tempat ini dikenal dengan nama bi’ir ‘Ali. Dinamakan demikian, karena konon bi’ir (sumur) ini dibuat oleh Ali bin Abi Thalib Ra.
2) Di tepat ini Rasulullah membangun masjid Quba. Masjid ini diyakini sebagai masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah. Masjid ini dibangun dengan bahan-bahan seadanya, namun cukup permanen untuk zamannya. Pada pembangunan pertama ini, belum dibuat mimbar dan tempat imam seperti umumnya masjid yang kita kenal saat ini.
Akhirnya, beberapa hari menunggu, rombongan terakhir tiba. Mereka adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim, istri paman Nabi, Abu Thalib. Beliau adalah sosok ibu bagi Nabi SAW, setelah wafatnya sang Kakek, Abdul Muthalib, Rasulullah SAW diasuh dalam keluarga Abu Thalib, dicinta sedemikian rupa seperti anak sendiri oleh Fatimah binti Asad. Dalam rombongan ini ada juga Fatimah Az Zahra, putri bungsu Rasulullah SAW. Kemudian Fatimah binti Zubair bin ‘Abdul Muthalib, yang juga adalah sepupu Nabi SAW. Dan tiga orang laki-laki diantaranya, Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin rombongan, Aiman putra dari Ummu Aiman, dan seorang lagi bernama Abu Waqid.
Setelah datangnya rombongan terakhir ini, maka legalah hati Rasulullah SAW. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah, dimana di tempat itu sudah menunggu kaum muslimin baik dari kalangan muhajirin (pendatang) dan anshar (penolong).
Tak kalah antusias (penasaran) adalah penduduk Madinah lainnya, mulai dari yang belum memeluk Islam, hingga dari kalangan munafiqin dan kalangan Yahudi yang begitu penasaran dengan sosok agung ini. Mereka sudah mendengar sepak terjang Muhammad SAW dari kolega-kolega mereka di Makkah. Tapi kaum munafiqin ini lebih licin dan tersamarkan daripada kaum kafir Makkah. Dan kaum Yahudi ini, paham betul siapa yang mereka hadapi. Bagi mereka, kenabian bukan hal baru, dan beberapa nabi sudah tumpas dalam siasat mereka. Kelak dua kelompok ini akan menjadi pemain antagonis yang cukup merepotkan dalam pangung sejarah kenabian. Alquran mencatat panjang lebar tentang kedua kelompok ini. (APP)
Bersambung ke:
Catatan kaki:
[1] Di gurun tandus seperti Makkah, sangat sedikit tanaman yang dapat bertahan hidup. Sejarahwan mencatat jenis tumbuhan yang tumbuh di wilayah tersebut tidak lebih dari 30 jenis tanaman. Lihat, O. Hasem, Op Cit, hal. 103
[2] Lihat, O. Hasem, Ibid, hal. 110